Halaman

Sabtu, 23 November 2013

TESTIMONIAL MENGENAI PAK SANTO TJHIN

Nama: Selvi Wijaya (915120054)

Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin




Menurut saya secara pribadi, Pak Santo adalah salah satu dosen yang mengajar dengan baik dan profesional. Beliau mengajar materi-materi perkuliahan dengan baik dan mudah dimengerti, karena setiap kali menjelaskan selalu memakai contoh-contoh relevan sesuai yang terjadi di lapangan. Saya bisa merasakan diajarkan serius but fun! Tidak ada dalam hal pengajaran yang saya tidak suka darinya, pak Santo sosok yang cukup tegas dalam mengajar, ketika ada terlambat Ia langsung mengurangi poin mahasiswanya. :)

Kamis, 21 November 2013

PERBEDAAN TV ANALOG DAN DIGITAL

Nama: Selvi Wijaya (915120054)

Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


 
 
TV digital mulai mendapatkan penerimaan luas di seluruh dunia, sedangkan TV analog perlahan menghilang. Perbedaan utama antara kedua jenis TV tersebut adalah sinyal yang bisa diproses. TV Analog terbatas untuk sinyal analog, sedangkan TV digital dapat memproses sinyal digital dan sinyal analog.

Karena TV analog hanya dapat memproses sinyal analog, maka cukup rentan terhadap gangguan. Masalah seperti kebisingan, interferensi, dan tampilan kabur sangat umum terjadi pada TV analog. Meskipun TV digital masih dapat dipengaruhi oleh masalah ini (jika sinyal analog yang dipakai), dengan beralih ke sinyal digital hampir menghilangkan masalah tersebut.

Perangkat TV Analog menggunakan tabung katoda sebagai display, sementara TV digital menggunakan panel layar datar seperti LCD, plasma, atau LED. Akibatnya, TV analog besar dan tebal dibandingkan dengan TV digital. TV analog juga mengkonsumsi daya yang lebih banyak dibandingkan dengan TV digital.

Resolusi Perangkat TV digital bisa diatur di angka 480p (SD = Standar Definition) atau bahkan di 780p atau 1080i / p yang dikenal sebagai HD atau high definition. HD memungkinkan untuk meningkatkan ukuran TV tanpa mengorbankan kualitas gambar pada layar. TV Analog menggunakan resolusi SD. Meskipun telah ada upaya untuk mengimplementasikan HDTV untuk TV analog, akan tetapi persyaratan dalam hal bandwidth yang terlalu besar sehingga tidak mungkin diterapkan.

TV Analog biasanya terbatas pada ukuran di bawah 30 inci karena membuat ukuran layar lebih besar menimbulkan tantangan yang lebih besar tanpa keuntungan nyata dalam kualitas gambar. TV digital telah berkembang sejak mereka dibuat dan layar ukuran lebih dari 50 inci sekarang biasa.

Masih ada beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh dengan TV analog yang sebagian besar karena penggunaan dari CRT. Layar analog memiliki waktu respon sangat cepat sehingga unggul dalam menampilkan video gerak cepat. TV analog juga memiliki kontras yang lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan TV digital. Mungkin masih ada keuntungan untuk TV analog, tetapi perkembangan teknologi telah mulai memperbaiki kekurangan dari TV digital.

Ringkasan:
1. TV analog dapat menerima sinyal analog sedangkan TV digital dapat menerima sinyal digital dan analog
2. TV analog rentan terhadap kebisingan dan distorsi sedangkan TV digital tidak
3. TV Analog biasanya dibuat dengan menampilkan CRT sedangkan TV digital menggunakan panel layar datar
4. TV digital dapat di HD TV analog sementara hanya bisa di SD
5. TV Analog dibatasi untuk di bawah 30 inci sedangkan TV Digital di atas 50 inci yang sudah umum
6. TV analog memiliki keunggulan dibandingkan TV digital yang sebagian besar terkait dengan CRT

INDONESIA MEMASUKI ERA TV DIGITAL


Nama: Selvi Wijaya (915120054)

Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


Sumber:
  • Tvdigital.kominfo.go.id



 Indonesia, mulai memasuki era penyiaran TV Digital terestrial free-to-air. Sistem penyiaran televisi digital ini mampu memancarkan sinyal gambar dan suara dengan kualitas penerimaan yang lebih tajam serta jernih di layar TV dibandingkan siaran analog.
Sejak akhir 2012, infrastruktur TV Digital sudah mulai dibangun dan dioperasikan oleh penyelenggara multipleksing swasta di Jawa dan Kepulauan Riau. Konten siaran dalam format digital pun sudah dapat dinikmati masyarakat di wilayah ini. Daerah lain akan menyusul secara bertahap, seperti Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Pada masa transisi, sinyal analog dan digital dipancarkan secara bersamaan yang dikenal dengan masa simulcast. Selain untuk tetap menjamin hak masyarakat mendapatkan informasi melalui media TV, tujuan masa transisi adalah agar masyarakat mulai melakukan peralihan ke siaran digital. Pada periode ini masyarakat juga bisa melihat perbedaan kualitas siaran analog dan digital.
Tanpa harus membeli pesawat TV baru, masyarakat dapat menikmati konten siaran format digital dengan cara menambahkan perangkat converter (yang disebut set top box) pada pesawat TV lama. Set top box (STB) adalah alat bantu penerima siaran digital yang berfungsi mengkonversi dan mengkompresi sinyal digital sehingga dapat diterima pada pesawat TV analog.
STB sebagai receiver sinyal digital harus memiliki standard yang sama dengan sistem pemancar (transmitter), yaitu DVB-T2. Standard ini diadopsi Indonesia sejak 2012, menggantikan standard DVB-T (2007) sebagai standard penyiaran TV Digital terestrial penerimaan tetap free-to-air atau tidak berbayar.
Salah satu perbedaan antara siaran TV analog dan digital adalah pada pemanfaatan spektrum frekuensi radio sebagai sumber daya alam yang sangat terbatas. Pada sistem penyiaran TV analog, satu kanal frekuensi digunakan untuk menyalurkan satu program siaran TV. Sementara pada sistem penyiaran digital DVB-T2, satu kanal frekuensi mampu membawa hingga 12 program siaran standard definition (SDTV). Artinya, terjadi inefisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio pada sistem analog. Sebaliknya, terdapat optimalisasi pemanfaatan kanal frekuensi pada sistem digital.

Pada penyiaran TV Digital, kualitas gambar dan suara jauh lebih baik dibandingkan siaran analog. Hal ini dikarenakan pancaran sinyal digital relatif stabil dan tidak menurun. Juga siaran TV Digital hanya mengenal kondisi diterima (1) atau tidak diterima (0) sinyal. Selama sinyal bisa diterima receiver, gambar dan suara konten siaran dapat dinikmati. Sedangkan pada siaran TV analog, kualitas sinyal cenderung menurun ketika lokasi penerimaan semakin jauh dari titik transmisi sehingga menimbulkan noise atau ‘bersemut’. Selain itu juga rentannya sinyal siaran analog terhadap gangguan cuaca.

Membangun jaringan infrastruktur TV Digital memang membutuhkan investasi yang besar. Operator multipleksing TV Digital harus membangun infrastruktur di wilayah-wilayah layanan dalam zona layanannya sesuai komitmen pada saat seleksi penyelenggaraan multipleksing. Namun infrastruktur eksisting dapat tetap dimanfaatkan seperti bangunan, SDM dan lain-lain. Nantinya operator multipleksing tersebut dapat menyewakan sebagian kapasitas yang dimilikinya kepada lembaga penyiaran yang menyediakan program siaran.

Jadi, penyedia konten tidak harus membangun infrastruktur sendiri semacam pemancar, antena, tower, dan sebagainya. Penyedia konten cukup menyewa slot siaran sesuai ketentuan kepada operator multipleksing untuk menyalurkan konten siarannya kepada masyarakat di suatu wilayah. Model bisnis ini merupakan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah dengan tetap mengedepankan prinsip open access dan non discriminatory antara penyelenggara jaringan dengan penyedia konten siaran.
Proses transisi dari analog ke digital menuju pada saat dihentikannya siaran analog (analog switch-off). Analog Switch Off (ASO) sudah dilakukan secara total di banyak negara, antara lain Amerika Serikat (12 Juni 2009), Jepang (24 Juli 2011), Kanada (31 Agustus 2011), Inggris dan Irlandia (24 Oktober 2012), Australia (2013). Indonesia menetapkan ASO secara nasional pada 2018. Namun demikian, ASO akan dilakukan sebelumnya secara bertahap di kota-kota besar yang telah lebih dulu tercover siaran TV Digital. Seperti kota-kota di Jawa, rencananya ASO dilaksanakan pada 2015 setelah hampir seluruh populasi terjangkau dan sudah menonton siaran digital.

Berjalan mulus tidaknya proses migrasi hingga ASO tergantung pada dukungan seluruh pemangku kepentingan. Kesadaran masyarakat mau membeli STB sendiri untuk berpindah dari menonton siaran TV analog ke digital sangatlah penting. Operator multipleksing TV Digital memang menyediakan STB sebagai bentuk komitmennya mendukung program migrasi sistem penyiaran dari analog ke digital. Namun jumlahnya terbatas dan pembagiannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama serta kriteria penerima harus sesuai ketentuan. Pemerintah juga mendorong pabrikan set top box lokal untuk memproduksi STB yang berkualitas dengan harga jual terjangkau masyarakat luas.

Proses transisi dari analog ke digital menuju pada saat dihentikannya siaran analog (analog switch-off). Analog Switch Off (ASO) sudah dilakukan secara total di banyak negara, antara lain Amerika Serikat (12 Juni 2009), Jepang (24 Juli 2011), Kanada (31 Agustus 2011), Inggris dan Irlandia (24 Oktober 2012), Australia (2013). Indonesia menetapkan ASO secara nasional pada 2018. Namun demikian, ASO akan dilakukan sebelumnya secara bertahap di kota-kota besar yang telah lebih dulu tercover siaran TV Digital. Seperti kota-kota di Jawa, rencananya ASO dilaksanakan pada 2015 setelah hampir seluruh populasi terjangkau dan sudah menonton siaran digital.

Berjalan mulus tidaknya proses migrasi hingga ASO tergantung pada dukungan seluruh pemangku kepentingan. Kesadaran masyarakat mau membeli STB sendiri untuk berpindah dari menonton siaran TV analog ke digital sangatlah penting. Operator multipleksing TV Digital memang menyediakan STB sebagai bentuk komitmennya mendukung program migrasi sistem penyiaran dari analog ke digital. Namun jumlahnya terbatas dan pembagiannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama serta kriteria penerima harus sesuai ketentuan. Pemerintah juga mendorong pabrikan set top box lokal untuk memproduksi STB yang berkualitas dengan harga jual terjangkau masyarakat luas.

TELEVISI DIGITAL







Nama: Selvi Wijaya (915120054)
Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


Sumber:
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital
Referensi:

    • Peraturan Menkominfo No. 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial Untuk Televisi Tidak Bergerak Di Indonesia.
    • Peraturan Menkominfo No. 27 /P/M.KOMINFO/8/2008 tentang Uji Coba Lapangan Penyelenggaraan Siaran Televisi Digital.
    • Tjahyono, Bambang Heru. 2006. Sistem Jaringan Penyiaran Radio dan Televisi Dimasa Mendatang. Kajian Teknologi Informasi Komunikasi. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.




 Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti computer.

FREKUENSI DIGITAL TV

Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan teknologi analog dengan teknologi digital adalah 1 : 6. Jadi, bila teknologi analog memerlukan lebar pita 8 MHz untuk satu kanal transmisi, teknologi digital dengan lebar pita yang sama (menggunakan teknik multipleks) dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus untuk program yang berbeda.
TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap dari sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang digunakan kamera video.

Kualitas penyiaran TV digital
TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi.

Manfaat penyiaran TV digital

  • TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog serta dapat berinteraksi dengan TV Digital.
  • Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet.
  • Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta.
  • TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.

Keunggulan frekuensi TV digital

Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru. Penyelenggara televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital sementara program siaran disediakan oleh operator lain. Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital mengalami perubahan dari segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa pelayanannya. Terjadi efisiensi penggunaan kanal frekuensi berupa pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga 6 program.
Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi analog dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital memiliki fungsi interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti internet. Sistem siaran televisi digital DVB mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan jalur kembali antara IRD dan operator melalui modul Sistem Manajemen Subscriber. Jalur tersebut memerlukan modem,jaringan telepon atau jalur kembali televisi kabel, maupun satelit untuk mengirimkan sinyal balik kepada pengguna seperti pada aplikasi penghitungan suara melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang telah dikembangkan, antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan jaringan berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, HFC, sistem terestrial, SMATV, LDMS, VSAT, DECT, dan GSM








Senin, 18 November 2013

MEDIA MASSA

·         

Nama: Selvi Wijaya (915120054)
Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


Sumber:
  • Buku "KOMUNIKASI MASSA" oleh 
  • Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si.
  • Drs. Lukiati Komala, M.Si.
  • Drs. Siti Karlinah, M.Si.
Summary:
  • BAB 5 - BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA




SURAT KABAR
Sejarah Singkat Surat Kabar
·         Di Jerman
Prototipe surat kabar muncul pertama kali diterbitkan di Bremen Jerman pada tahun 1609. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Hamberg, Vienna, Amsterdam, dan Antwerp.
·         Di Inggris
Surat kabar pertama yang masih sederhana terbit pada tahun 1621. Sedangkan yang dianggap sebagai benar-benar surat kabar yang terbit secara teratur ialah Oxford Gazette yang terbit di Oxford tahun 1665.
·         Di Amerika
Surat kabar harian pertama di Amerika Serikat adlaah Pennsylvania Evening Post dan Daily Advertiser yang terbit tahun 1783. Hingga tahun 1830-an surat kabar harganya relatif mahal sehingga hanya dibaca oleh golongan elit dan para politikus.
1.      The Penny Press
Surat kabar New York Sun yang diterbitkan oleh Benyamin Day pada tahun 1833, harganya hanya enam sen dan mudah didapat dari penjaja di pinggir jalan. Surat kabar New York Sun menandai era surat kabar sebagai media massa, dan karena murahnya harga sebuah surat kabar era itu disebut The Penny Press.
2.      Newspaper Baroons
Pada akhir abad ke 19 surat kabar di Amerika mengalami kejayaan karena surat kabar melakukan promosi yang sangat agresif, terlebih setelah Joseph Pulitzer membeli New York Word pada tahun 1892 pembacanya berjumlah 324.000 orang. Kejayaan ini dikenal dengan masa Newspaper Baroons.
3.      Yellow Journalism
Surat kabar di Amerika akhir abad 19 menjadi bisnis besar, karena sirkulasinya yang semakin ketat dan besar. Masing-masing surat kabar ingin menarik perhatian masyarakatnya. Diantaranya dengan cara menulis headline dengan huruf besar, cerita berita sensasional. Surat kabar demikian pemberitaan nya didasarkan pada gosip, kriminal, skandal, perceraian, seks,bencana dan olah raga.
4.      Jazz Journalism
Tahun 1919 terbit surat kabar New York Daily News yang ukurannya lebih kecil, banyak menggunakan foto terutama pada halaman pertama dan menampilkan satu atau dua headline.

Fungsi Surat Kabar

Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (Informasi, edukasi, hiburan dan persuasif) fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca
Surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Fungsi pers khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.

Karakteristik Surat Kabar

·         Publisitas, penyebaran pada publik atau khalayak.
·         Periodesitas, menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.
·         Universalitas, menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian atau isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dll.
·         Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan” sebenarnya. Kedua istilah itu erat kaitannya dengan berita adalah, laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting atau menarik minat atau keduanya bagi sejumlah besar orang.
·         Terdokumentasikan, dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dan dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau di buat klipping.

Kategorisasi Surat Kabar
Surat kabar dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, bentuknya surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, Bahasa inggris, dan bahasa daerah.

Majalah

Klasifikasi majalah dibagi ke dalam lim kategori utama:

Ø  General consumer magazine, majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang diiklankan pada halaman-halaman tertentu.
Ø  Business publication, majalah-majalah bisnis melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi.
Ø  Literacy reviews and academic journal, terdapat ribuan nama majalah kritik, sastra dan majalah ilmiah, yang pada umumnya diterbitkan organisasi-organisasi nonprofit. Newsletter, media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula.
Ø  Public relations magazine, majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan, dan pemegang saham.

Kategorisasi Majalah

§  Majalah berita
§  Majalah keluarga
§  Majalah wanita
§  Majalah pria
§  Majalah remaja wanita
§  Majalah remaja pria
§  Majalah anak-anak
§  Majalah ilmiah populer
§  Majalah umum
§  Majalah hukum
§  Dsb

Fungsi Majalah

Mengacu pada khalayak yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Misal,majalah berita mengacu pada fungsi informasi dsb.

Karakteristik Majalah

Ø  Penyajian lebih dalam, frekuensi majalah pada umumnya adalah mingguan. Selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan.
Ø  Nilai aktualitas lebih lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka aktualitas majalah bisa satu minggu.Kita bisa membaca topik pada majalah berulang kali sebagai referensi.
Ø  Gambar/foto lebih banyak
Ø  Kover sebagai daya tarik

Radio Siaran

Karakteristik Radio siaran
Ø  Auditori
Ø  Radio is the now
Ø  Imajinatif
Ø  Akrab
Ø  Gaya Percakapan
Ø  Menjaga mobilitas

Televisi
Terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan:
Ø  Over the air reception of network and local station program
Ø  Cable, program yang disampaikan melalui satelit kabel lokal
Ø  Digital cable, bagian dari information super highway
Ø  Wireless cable
Ø  Direct Broadcast Satellite (DBS)

Karakteristik Televisi
Ø  Audiovisual
Ø  Berpikir dalam gambar
Ø  Pengoperasian lebih kompleks

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar pesan diterima oleh masyarakat:
Ø  Pemirsa
Ø  Waktu
Ø  Durasi
Ø  Metode penyajian

Film
Film memiliki fungsi informatif, edukatif dan persuasif. Salah satunya film nasional, bisa memberikan fungsi edukasi apabila film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Film
Ø  Layar yang luas/lebar
Ø  Pengambilan gambar
Ø  Konsentrasi penuh
Ø  Identifikasi psikologis

Jenis-jenis Film
Ø  Film cerita
Ø  Film berita
Ø  Film dokumenter

Ø  Film kartun