Halaman

Sabtu, 16 November 2013

TUBUH SEBAGAI ALAT PERIKLANAN

Nama: Selvi Wijaya (915120054)
Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


Sumber:
  • Buku  PERIKLANAN Perspektif Ekonomi Politik
Summary:
  • Bagian VIII - Tubuh sebagai Alat Periklanan


Bab kedelapan akan menjelaskan tentang peran tubuh dalam periklanan, bentuk-bentuk seksualitas dalam periklanan, serta konstruksi sosial atas pemaknaan tubuh.

SEKSUALITAS TUBUH

Tubuh biasa ditampilkan dengan berbagai bentuk dan fungsinya. Mengenai seksualitas tubuh, perlu digarisbawahi bahwa ketertarikan terhadap seksualitas bukan hanya muncul dalam diri pria. Terdapat kesalah yang mengasumsikan bahwa pria tertarik pada seks sementara perempuan tidak. Asumsi ini perlu di kedepankan karena tubuh dan eksploitasi terhadapnya tidak hanya dialami oleh perempuan. Berbagai media telah mengomodifikasi tubuh menjadi objek yang dapat diperjualbelikan dan ‘dinikmati’, sebut saja majalah pria seperti playboy atau FHM.

Perlahan tapi pasti, kemunculan perempuan dalam iklan mulai mendominasi. Tubuh yang ditampilkan dalam iklan dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu konkret dan imajinatif, Secara konkret, tubuh ditampilkan sebagai alat sekaligus sasaran dari produk yang akan dipasarkan. Pengemasan bentuk konkret ini muncul biasanya dalam iklan kosmetik, sabun mandi, shampoo, susu, suplemen dsb. Sedangkan secara imajinatif, tubuh difungsikan sebagai harapan, mimpi atau imajinasi liar agar iklan tampil lebih menarik. Tubuh bukan lagi sebatas alat dan sasaran, melainkan difungsikan pula sebagai ‘pemuasan’ terhadap hasrat laki-laki maupun perempuan. Lihat bagaimana iklan ‘The Axe Effect’ menjadikan perempuan sebagai imajinasi laki-laki.

TIPE SEKSUALITAS DALAM PERIKLANAN

Tom Reichert membagi beberapa tipe seksualitas yang muncul dalam iklan, diantaranya: nudity, sexual behavior, physical attractiveness, sexual referents dan sexual embeds.
Nudity pada dasarnya merupakan gambaran tubuh yang dibungkus dengan pakaian minim atau menggoda. Seperti celana pendek, pakaian minim, bikini dan baju ketat adalah contoh nudity dalam iklan. Model-model iklan dengan jenis busana tersebut dapat membangkitkanpersepsi seksual orang yang melihatnya.

Sexual behavior dapat dimengerti sebagai suatu tindakan yang berkaitan pada perjumpaan dengan hal-hal yang mengarah pada tindakan maupun ciri dari tindakan seksual. Ia biasa ditampilkan dalam iklan secara individual maupun berpasangan (pria dan wanita). Model yang berperan dalam iklan biasanya menunjukan sexual behavior dengan membuat kontak mata dengan pemirsa, menggoda, maupun dengan gerakan atau bahasa tubuh yang provokatif. Bentuk ini bisa ditemukan dalam iklan kontrasepsi, minuman berenergi dsb.
Physical attractiveness atau daya tarik tubuh diartikan sebagai kekuatan daya pikat tubuh yang tampil untuk mendukung kerja periklanan. Model-model perempuan kemudian dijadikan sebagai representasi dari kecantikan tubuh. Bentuk-bentuk daya tarik tubuh biasanya muncul dalam iklan sabun mandi, sampo, pemutih kulit, kosmetik, maupun produk khusus ditujukan bagi perempuan.

Sexual referents merupakan gambar maupun kalimat-kalimat yang mengarah, mendukung, dan membangun pada imajinasi seksual. Sexual referent sangat berbeda dengan nudity dan sexual behavior. Orang hanya mendengar atau melihat kalimat dalam iklan tersebut terdorong pada ‘fantasi’ berupa motif-motif seksual. Tentu informasi seksual ini hanya bisa dipahami oleh orang yang beranjak dewasa. Bentuk-bentuk iklan dengan tipe seksualitas ini jarang ditemui di Indonesia, kecuali dalam majalah-majalah tertentu yang menampilkan iklan produk-produk luar negeri.







Daftar Pustaka:
Supriadi, Yadi. 2013. Periklanan Perspektif Ekonomi Politik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tidak ada komentar: