Halaman

Sabtu, 16 November 2013

INDUSTRIALISME DAN VISI MASKULIN

Nama: Selvi Wijaya (915120054)
Kelas: B (Dasar - dasar Periklanan)
Dosen: Santo Tjhin


Sumber:
  • Buku  PERIKLANAN Perspektif Ekonomi Politik
Summary:
  • Bagian IX - Industrialisme dan Visi Maskulin


Bab kesembilan ini berisi tentang analisis mengenai keberadaan produk minuman berenergi: hubungan antara pria dengan wilayah kerja produktif, tujuan utama kapitalis-industri, kaitan produk minuman berenergi dengan produktivitas kerja, kebugaran dan kejantanan.

TAHAP INDUSTRI GLOBAL

Apa makna atau pesan yang bisa Anda tangkap dari minuman berenergi? Mengapa harus ada minuman berenergi? Sebagian orang mungkin menjawab sebagai ketuhan agar tubuh kita tetap fit atau bugar. Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita harus mulai dari berbagai asumsi dasar yang melatarbelakangi kemunculan sebuah produk dalam perkembangan zaman yang kita lalui. Salah satu asumsinya, perkembangan industri yang terus meningkat, berdampak pada tingkat persaingan manusia. Persaingan ini terus memompa masyarakat agar menjadi individu-individu yang kuat dalam ganasnya lingkungan, hingga mencapai titik puncaknya dalam persiangan global.
Revolusi industri menjadi sebuah babak sejarah yang dianggap banyak memberikan perubahan pada tatanan ekonomi politik, sosial, dan budaya yang ada di dunia. Pergerakan industri dan perusahaan secara global juga tidak lepas dari revolusi teknologi komunikasi dan informasi yang terus berlangsung hingga kini.

TUJUAN INDUSTRIALISME

Industri bisa diilustrasikan sebagai ruang yang berada dalam bangunan kapitalisme, atau sistem kerja yang berada di bawah corak produksikapitalis. Untuk memahami tujuan industri global, kita harus berangkat dari beberapa ajaran Karl Marx tentang corak produksi kapitalis, teori nilai-lebih dan kerja, juga proses bagaimana tenaga kerja dimiskinkan oleh sistem tersebut.
Bagaimana caranya perusahaan dan kapitalis memaksimalisasi keuntungan mereka? Jawabannya dengan melakukan pemiskinan atau pemelaratan tenaga kerja melalui waktu kerja lebih dari yang semestinya pekerja lakukan. Contohnya, jika satu buah kemeja diproduksi dalam waktu 2 jam dan pekerja itu bekerja sehari selama 8 jam, 4 kemeja bisa dihasilkan oleh seorang pekerja dalam satu hari. Disini terlihat betapa pentingnya tenaga kerja dalam sistem kapitalisme dan dalam sistem industri yang hingga kini terus berlangsung. Tujuan industrialisme sendiri tidak lain sebagai pengejantawahan dari tujuan kapitalisme, yakni akumulasi kapital atau pelipatgandaan kekayaan.

KEJANTANAN DAN KEBUGARAN

Hingga kini terdapat beberapa produk minuman berenergi dengan berbagai varian beserta iklan-iklannya. Peningkatan persaingan dan pecepatan pertumbuhan menjadi sangat lazim dilakukan pada era globalisasi. Di Indonesia, produk minuman berenergi muncul sudah cukup lama, sebut saja extra joss, bima ener-g, kukubima, M-150, hemaviton dsb. Keberadaan merek-merek tersebut merupakan kosekuensi dari upaya masyarakat maupun pemerintah dalam meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat.
Salah satunya iklan extra joss, syarat dengan gender. Mereka mencoba merepresentasikan bagaimana pembagian kerja dalam masyarakat telah ditata sedemikian rupa, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Gender sendiri merupakan atribut yang dilekatkan, baik kepada laki-laki maupun perempuan dalam kehidupan masyarakat. Laki-laki misalnya di identikan dengan kuat, cekatan dan rasional. Sementara perempuan sebaliknya.

Kemudian apa yang dimaksud dengan kejantanan? Yaitu segenap karakteristik, keadaan, atau esensi yang ada pada laki-laki sebagai sebuah kehormatan. Dalam produk minuman berenergi, industrialisme serta visi maskulin ini mendapatkan tempatnya dan kejantanannya mendjadi norma sosial yang patut dipatuhi oleh segenap kaum adam.
Gender dan pembagian kerja kemudian menjadi hal yang tidak dapat dielakkan dalam masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan sudah ditempatkan secara permanen dalam ranah masing-masing. Keberadaan perempuan sebagai tenaga kerja ini justru sangat menguntungkanpihak kapitalis. Terbukanya kesempatan perempuan untuk masuk ke wilayah kerja produktif menjadi keuntungan besar bagi kepentingan ekonomi politik kapitalis. Dengan semangat persamaan hak dan kesempatan kerja bagi kaum perempuan, kapitalis seolah mendapat angin segar. Perempuan kemudian memiliki kedudukan yang sama seperti laki-laki sebagai tenaga kerja yang diberi upah. Iklan minuman berenergi pun mulai menjadikan perempuan sebagai sasaran konsumen produk mereka. Contoh iklan KukuBima Ener-G, menyiratkan pesan bahwa di era-industri, kebugaran tidak hanya menjadi norma bagi kaum laki-laki, tetapi perempuan juga harus tunduk terhadap norma tersebut.

CATATAN: TENTANG TEKNOLOGI

Peningkatan-peningkatan teknologi sebagai sarana produksi dalam berbagai bidang pekerjaan terus ditingkatkan, teknologi informasi diperbaharui, kekuatan teknologi ditambah. Bahkan dalam sebagian pekerjaan, sebagian manusia sudah tergantikan dengan robot-robot. Konsekuensi dari kondisi ini adalah
1.      Teknologi tidak lagi dipandang sebagai alat yang meringankan pekerjaan manusia sebagaimana tujuan penciptaan awal
2.      Waktu luang menjadi barang yang sangat mahal
Kenyataan yang harus diterima manakala teknologi bekerja dengan daya tahan dan produktivitas tinggi, tenaga kerja wajib bekerja dengan daya tahan dan produktivitas yang tinggi pula. Daya tahan dan produktivitas kerja ini ditopang dengan norma kebugaran melalui produk-produk minuman berenergi. 





Daftar Pustaka:
Supriadi, Yadi. 2013. Periklanan Perspektif Ekonomi Politik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


Tidak ada komentar: